Dia lalu memanggil semua tukang permata di seluruh negeri untuk memeriksanya dan melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Para tukang permata itu sepakat dalam pendapat bahwa perbaikan yang dilakukan akan menyebabkan kerosakan yang lebih teruk. Sang raja menjadi putus asa, dan menawarkan sebuah hadiah besar kepada tukang permata yang dapat memperbaiki batu rubinya. Beberapa tukang permata datang untuk mencuba kebolehan masing-masing, tetapi semua tidak dapat melakukan apapun terhadap batu itu.









Beberapa hari kemudian, seorang pelayan raja melaporkan bahwa dia mendengar cerita  tentang seorang bekas  tukang permata yang tinggal di daerah terpencil di negeri itu. Tukang permata ini dikenal sangat berpengalaman dalam mengatasi kerosakan permata asli.  Maka, segeralah tukang permata itu dipanggil ke istana, dan beberapa hari kemudian, dia datang. Dia seorang tua bungkuk yang kecil dalam balutan pakaian yang lusuh. Para pembesar istana memandangnya dengan penuh hina dan mengatakan pada raja bahwa baginda  hanya membuang waktu saja. Akan tetapi, raja tetap berkeras menyuruh tukang permata itu melihat batu rubinya yang rosak itu..
Tukang permata itu memandangi batu rubi sambil berfikir beberapa waktu, hingga kemudian dia berkata kepada raja, “Patik tidak dapat memperbaiki batu rubi tuanku, tapi jika tuanku berkenan, patik dapat membuatnya lebih indah.”

Sang raja sedikit merasa ragu, tapi merasakan tiada apa lagi pilihan yang ada, akhirnya baginda bersetuju. Maka, si tukang permata memulakan  kerjanya; memotong dan menggosok batu rubi itu. Beberapa hari kemudian, dia datang kembali. Di atas batu permata raja yang murni itu, dia telah memahat bunga mawar yang sangat indah dan rumit yang alurnya dibentuk dari goresan yang telah membuatnya cacat.

Moral dari cerita di atas, jangan menilai seseorang berdasarkan luarannya dan setiap kekurangan pada satu perkara dilengkapi dengan kelebihan di sisi yang lain, kehidupan di dunia tetap ada pasang surutnya.  Andainya ada kekurangan pada diri kita, yakinlah telah Allah lengkapkan kelebihan kita di sudut yang lain.  Apa yang penting kita hendaklah menjadi manusia yang tahu bersyukur...

(dikutip dari: One Hundred Wisdom Stories from Around the World, hal. 58, Margaret Silf, 2003)